Pengaruh Resesi AS Terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Kondisi Pertumbuhan Ekonomi
Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Nusa Putra Sukabumi, Rahmah Hasanah. | Sumber Foto:Istimewa
Oleh: Rahmah Hasanah
Tahukah anda apa itu resesi ekonomi? Secara umum Resesi ekonomi adalah kondisi ketika Produk Domestik Bruto (PDB) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam jangka waktu satu tahun.
Garis besar arti resesi itu ialah kelesuan atau kemerosotan, dampak dari resesi ekonomi ini salah satunya mengakibatkan penurunan secara simultan pada setiap aktivitas di sektor ekonomi. Salah satunya ialah sektor ekonomi pada bagian perdagangan dan sektor perusahaan.
Ketika terjadi resesi terhadap ekonomi, itu akan berdampak pada nilai tukar dan akan ada perubahan harga ataupun hal lainnya. Terjadinya resesi ekonomi menimbulkan efek domino pada masing-masing kegiatan ekonomi tersebut.
Ketika investasi mengalami penurunan, maka tingkat produksi atas produk atau komoditas juga akan menurun. Dampak dari resesi ini akan mempengaruhi pekerja sehingga menimbulkan terjadi banyak pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Secara lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat menurun yang berimbas pada turunnya keuntungan perusahaan.
Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan menurunnya harga-harga yang disebut dengan deflasi, atau sebaliknya inflasi di mana harga-harga produk atau komoditas dalam negeri mengalami peningkatan secara tajam.
Jika tak segera diatasi, resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga menjadi depresiasi ekonomi, yang bisa berakibat pada kebangkrutan ekonomi atau ekonomi kolaps. Jika ekonomi suatu negara sudah sampai pada tahap ini, maka pemulihan ekonomi akan lebih sulit dilakukan.
Banyak Indikator - indikator yang menjadi tolak ukur suatu negara mengalami resesi ekonomi yaitu sebagai berikut:
1.Pertumbuhan ekonomi yang lambat atau menurun selama dua kuartal (enam bulan) berturut-turut.
2.Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi
3.Nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor
4.Tingkat pengangguran tinggi
5.Adanya ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi
Selain dari indikator-indikator nilai tukar rupiah, terdapat penyebab mengapa nilai tukar menjadi melemah. Secara garis besar, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar USA ini disebabkan karena permintaan akan mata uang rupiah jauh lebih sedikit (anjlok) jika dibandingkan dengan mata uang dollar USA ataupun Euro.
Seiring berjalannya waktu perekonomian akan mengalami resesi atau kemerosotan terhadap nilai tukar. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi akan mengakibatkan nilai tukar rupiah menurun sedangkan dollar meningkat.
Contoh saja, harga produk atau komoditi dan subsidi yang terjadi saat ini di Indonesia, pada nilai tukar rupiah. Dampak yang akan terjadi yaitu pada produk atau komoditas lainnya akan menjadi naik, karena kebanyakan produk atau komoditas yang di gunakan di Indonesia impor dari luar, seperti pada sektor perdagangan yaitu pedagang tempe, dimana kedelai yang dipesan berasal dari AS yaitu harga kedelai yang awal harga kedelai kisaran 7500 sampai 8000 per kg dan ketika Kurs dollar AS mengalami resesi harga mulai naik, dan tempe akan mengalami kenaikan harga yang cukup lumayan mahal yaitu sesuai harga kedelai yang dipesan.
Padahal tempe yang di jual harga awalnya sekisar 6000 tapi ukurannya dibuat kecil dikarenakan harga kacang kedelai yang impor sekarang menjadi mahal. Pada resesi yang terjadi harga yang awalnya bisa dibilang murah akan mengalami kenaikan harga. Seperti yang dapat kita ketahui kondisi saat ini dimana kurs dollar AS mengalami peningkatan yang sangat tinggi mengakibatkan nilai rupiah melemah.
Pemerintah mengatakan bahwa Nilai tukar rupiah melemah juga akibat adanya faktor eksternal. Peperti perang dagang antara AS-China, membaiknya ekonomi AS sehingga investor menarik Dollar mereka dari dalam negeri dan menanamkannya di Negeri Paman Sam untuk imbal hasil yang lebih tinggi.
Selain itu, melemahnya Rupiah juga dipicu oleh krisis di Argentina karena investor khawatir krisis ini bisa menjalar ke negara berkembang lainnya, termasuk Indonesia. Banyak yang mengatakan bahwa Nilai kurs rupiah mengalami penurunan atau melemah yaitu sejak munculnya kasus pandemic wabah corona di Tanah Air. Banyak skenario terburuk menjadi tolak ukur nilai tukar rupiah menjadi melemah kerena adanya kasus wabah corona tersebut.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini sangat berdampak akibat adanya wabah virus Corona.
Berdasarkan data yang didapat oleh Menteri BUMN dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menurun, mulanya target yang akan dicapai pada pertumbuhan Indonesia tahun ini diproyeksikan sebesar 5,3 persen.
Namun, setelah ada wabah Corona, pertumbuhan ekonomi dalam negeri dibagi menjadi dua skenario. Skenario pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun sampai 2,3 persen hal itu dikategorikan sebagai skenario berat. Lalu, skenario kedua, yaitu sangat berat, pertumbuhan ekonomi dalam negeri bisa menjadi minus.
“Menurut data Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan APBN 2020 target pertumbuhan ekonomi awalnya 5,3 persen, namun skenario berat saat ini pertumuhan diprediksi 2,3 persen. Bahkan akan turun jaauh sangat berat 0,4 persen minus, “ ujar Erik dalam rapat virtual dengan komisi VI DPR RI, Jumat (3/4/2020).
Selain pertumbuhan ekonomi, nilai tukar tergeruk karena efek dari wabah pandemic corona , bahkan dalam scenario sangat berat, nilai tukar (rupiah) melemah menjadi Rp17.500 bahakan bisa mencapai menjadi Rp 20.000,” kata Erick.
Tak hanya itu, laju inflasi juga diprediksi akan membengkak. Pada APBN Target inflasi sebesar 3,1 persen “Inflasi 3,9 persen (skenario) berat, sangat berat 5,1 persen,” ucap dia.
Dalam APBN 2020 terdapat asumsi makro Indonesia pada tahun depan. Pertama, target ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen pada tahun 2020. Selanjutnya, tingkat Inflasi sebesar 3,1 persen pada 2020. Sementara itu nilai tukar rupiah rata-rata dipatok sebesar Rp 14.400 per dollar AS dan tingkat suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,4 persen.
Sumber dari Bisnis.com juga mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah 140 poin atau 0,86 persen ke level Rp16.450 per dolar AS, saat indeks dolar AS naik 0,35 persen atau 0,348 poin ke posisi 99,396, pada Rabu (1/4/2020).
Adapun, kurs rupiah menyentuh posisi Rp16.413 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu (1/4/2020). Kurs referensi Jisdor itu, melemah 46 poin atau 0,28 persen dari posisi Rp16.367 pada Selasa (31/3/2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar